Dapatkan Panduan Lengkap Seputar Kehamilan

Mulai Dari Sebelum Hamil, Saat Hamil & Sesudah Melahirkan

Waspada Bahaya Hipertensi pada Ibu Hamil!

Hipertensi pada Ibu Hamil

Kondisi hipertensi pada ibu hamil memang termasuk umum terjadi, namun kondisi ini tidak boleh disepelekan karena dapat berdampak buruk bagi Mommil maupun janin dalam kandungan. 

Salah satu bahaya hipertensi kehamilan yaitu dapat mempengaruhi fungsi plasenta yang mana berperan penting untuk memberikan oksigen dan nutrisi untuk janin. Akibatnya perkembangan janin terhambat bahkan meningkatkan risiko kelahiran prematur.

https://kehamilansehat.com/id/form-artikel/

Oleh karenanya, hipertensi pada ibu hamil perlu penanganan yang tepat oleh dokter kandungan terpercaya. Penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk menghindari atau mengatasi kondisi kehamilan yang membahayakan seperti ini. Ketahui penyebab dan cara mengatasi hipertensi pada ibu hamil dalam pembahasan berikut ini.

Apa Itu Hipertensi?

Hipertensi atau yang lebih dikenal tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang umum terjadi pada kehamilan. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah Mommil berada di atas angka 140/90 mmHg. 

Ada 3 tingkatan hipertensi kehamilan yang perlu Mommil ketahui, yaitu: 

  1. Ringan : tekanan darah antara 140/90 dan 149/99mmHg, dapat diperiksa secara teratur tetapi biasanya tidak memerlukan pengobatan
  2. Sedang : tekanan darah antara 150/100 dan 159/109mmHg
  3. Berat : tekanan darah 160/110mmHg atau lebih tinggi

Penyebab dan Gejala Hipertensi Kehamilan

Hipertensi pada ibu hamil terkadang disebut “silent killer” karena kebanyakan orang tidak menyadari tekanan darahnya tinggi. Maka dari itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dengan rutin karena kondisi Mommil akan diperiksa secara menyeluruh termasuk tekanan darah pada ibu hamil. 

Perlu Mommil ketahui juga bahwa hipertensi saat hamil bisa disebabkan oleh beberapa kondisi seperti: 

1. Hipertensi Kronis

Pada hipertensi kronis, tekanan darah tinggi sudah Mommil alami sejak sebelum kehamilan atau selama 20 minggu pertama kehamilan. Karena hipertensi kronis ini biasanya tidak menunjukkan gejala, bisa jadi Mommil tidak menyadari secara pasti sejak kapan tekanan darah tinggi ini terjadi. Hipertensi jenis ini bisa berlanjut bahkan setelah bayi lahir.

2. Hipertensi Gestasional

Hipertensi gestasional ini umumnya terjadi di usia kehamilan 20 minggu ke atas dan hilang setelah melahirkan. Tidak ada kelebihan protein dalam urin dan tidak ada tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Namun pada beberapa kasus, hipertensi gestasional pada akhirnya dapat menyebabkan preeklamsia.

3. Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi pada ibu hamil yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine. Ini adalah kondisi serius yang hanya terjadi pada kehamilan. Selain tekanan darah yang tinggi, preeklamsia dikaitkan dengan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain, termasuk ginjal, hati, darah, atau otak.

Bahaya Hipertensi Kehamilan

Hipertensi kehamilan dapat menyebabkan komplikasi serius, tidak hanya bagi Mommil tetapi juga akan berdampak pada janin dalam kandungan. Komplikasi tekanan darah tinggi pada Mommil dan bayi dapat berupa:

Bahaya Hipertensi Bagi Mommil

– Mommil berisiko tinggi mengalami preeklamsia dan eklampsia

– Hipertensi pada ibu hamil meningkatkan risiko terkena diabetes gestasional.

– Terjadinya gangguan plasenta yaitu solusio plasenta, yang berarti plasenta terlepas dari dinding rahim.

Bahaya Hipertensi Bagi Bayi

Hipertensi kehamilan dapat menghambat plasenta menerima cukup darah, padahal plasenta berperan menyuplai makanan dan oksigen bagi janin. Hal ini tentu dapat berdampak pada janin dalam kandungan, karena memungkinkan ia tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh secara normal. Penurunan darah dan nutrisi ini dapat menyebabkan:

– Berat badan lahir rendah (BBLR) atau terhambatnya pertumbuhan janin (IUGR).

– Kelahiran prematur (lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu).

– Bayi lahir mati (Stillbirth).

Kebanyakan orang yang memiliki tekanan darah tinggi akan melahirkan bayi yang sehat jika kondisi tersebut diketahui pada awal kehamilan. Semakin parah kondisinya, semakin besar pula risiko Mommil mengalami komplikasi serius.

Cara Mengatasi Hipertensi pada Ibu Hamil

Baik Mommil maupun janin berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi sebelum persalinan, selama persalinan, bahkan setelah melahirkan jika Mommil mengalami hipertensi kehamilan. Maka dari itu, kondisi hipertensi kehamilan perlu diatasi dengan tepat.

  1. Lakukan pemeriksaan laboratorium urine untuk mengetahui adanya protein.
  2. Rutinlah melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai jadwal karena kondisi hipertensi kehamilan harus terus dipantau.
  3. Perhatikan pola makan dan jaga berat badan yang sehat.
  4. Imbangi dengan olahraga yang teratur.
  5. Istirahat yang cukup dan hindari stres berlebihan.
  6. Jangan sembarangan mengonsumsi obat tanpa anjuran dari dokter kandungan. 

Konsultasikan pada dokter kandungan Mommil terkait keluhan-keluhan yang mungkin Mom rasakan. Jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter kandungan supaya kondisi Mommil dan janin dapat terpantau dengan baik dan jika ada kondisi medis yang dapat membahayakan kehamilan dapat terdeteksi sejak dini.

Kategori

Penulis

Penulis

Tanggal

12/13/2023

Kategori

Penulis

Penulis

Tanggal

12/13/2023

0 Comments

Submit a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Bermanfaat Lainnya

Catat! Menu Buka Puasa Untuk Ibu Hamil

Catat! Menu Buka Puasa Untuk Ibu Hamil

Saat bulan Ramadhan, Mom yang sedang hamil perlu memperhatikan asupan nutrisi agar tetap sehat dan bertenaga selama menjalani puasa Berikut ini adalah beberapa pilihan menu buka puasa sehat untuk ibu hamil agar puasa tetap terjaga dan kehamilan berjalan dengan baik....

read more
Simak! Tanda-Tanda IUD Bermasalah

Simak! Tanda-Tanda IUD Bermasalah

Menggunakan alat kontrasepsi intrauterine device (IUD) adalah pilihan yang banyak diminati oleh Mom yang ingin mencegah kehamilan secara jangka panjang. Dengan efektivitas hingga 99%, IUD atau dikenal juga sebagai spiral ini dapat bertahan dalam tubuh hingga lima atau...

read more
Shares
Share This

Share This

Share this post with your friends!

Shares