Hamil anak kembar menjadi hal yang menyenangkan bagi sebagian orang. Tidak jarang Mommil yang dinyatakan positif hamil segera terpikir apakah janin yang ada dalam kandungannya tunggal atau kembar. Sehingga membuat banyak Mommil yang penasaran apa saja tanda atau ciri-ciri hamil anak kembar.
Tanda hamil kembar bisa dilihat secara fisik Mommil dan juga bisa dengan deteksi melalui pemeriksaan kehamilan. Namun, perlu Mommil ketahui juga bahwa kehamilan kembar akan lebih berisiko dibandingkan kehamilan tunggal.
Ketahui tanda hamil kembar dan risiko apa saja yang mungkin terjadi pada ibu hamil yang mengandung anak kembar. Simak selengkapnya di bawah ini.
Ciri-Ciri Hamil Anak Kembar
Ciri-ciri hamil anak kembar sebenarnya sama seperti Mommil yang hamil tunggal, hanya saja biasanya Mommil yang mengandung anak kembar akan mengalami tanda-tanda kehamilan yang lebih intens. Setiap Mommil mungkin mengalami tanda hamil kembar yang berbeda-beda.
Berikut ciri-ciri hamil anak kembar yang umum terjadi:
- Memiliki kadar hCG tinggi
- Rahim lebih besar dari perkiraan usia kehamilan
- Morning sickness yang Mommil alami lebih parah
- Nafsu makan meningkat
- Pertambahan berat badan yang drastis, terutama pada awal kehamilan
- Gerakan janin dirasakan di berbagai bagian perut secara bersamaan
- Terdengar lebih dari satu detak jantung.
Cara Mendiagnosa Hamil Kembar
Jika Mommil mengalami ciri-ciri hamil anak kembar sebagaimana disebutkan di atas, Mommil bisa memastikannya dengan pemeriksaan kehamilan.
- Tes darah kehamilan : Untuk mengetahui kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG), pada Mommil yang mengandung anak kembar mungkin memiliki kadar hCG yang cukup tinggi.
- USG Transvaginal : USG dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG melalui vagina (transduser), terutama pada awal kehamilan. Pemeriksaan ini yang paling memungkinkan untuk memastikan jumlah janin dalam kandungan.
Risiko Hamil Anak Kembar
Bagi sebagian orang, hamil anak kembar merupakan hal yang menyenangkan bahkan tidak sedikit pasangan yang berencana untuk program hamil anak kembar. Namun, kehamilan kembar akan lebih berisiko mengalami komplikasi dibanding kehamilan dengan janin tunggal.
Berikut komplikasi yang umum terjadi pada kehamilan kembar:
1. Berisiko Tinggi Melahirkan Prematur
Kehamilan cukup bulan adalah 37 minggu. Hamil anak kembar jarang berlangsung sampai 37 minggu, lebih dari 60% bayi kembar dan hampir semua bayi kembar tingkat tinggi lahir prematur (lahir sebelum 37 minggu).
Hanya sedikit pengobatan yang tersedia untuk mencegah persalinan prematur, dan pengobatan tersebut tidak selalu berhasil.
2. Pertumbuhan Janin Terhambat (IUGR)
IUGR adalah kondisi yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke janin terganggu sehingga pertumbuhan janin menjadi terhambat. Kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko terjadinya IUGR.
3. Kelainan Jumlah Cairan Ketuban
Mommil yang mengandung anak kembar juga berisiko mengalami kelainan jumlah cairan ketuban seperti cairan ketuban rendah (oligohidramnion) atau cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion).
4. Mengalami Kelainan Plasenta
Kehamilan kembar juga meningkatkan risiko terjadinya solusio plasenta, yaitu terlepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum waktunya, sehingga janin berisiko kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi.
5. Twin-to-Twin Transfusion Syndrome
Twin-to-Twin Transfusion Syndrome adalah ketidakseimbangan aliran darah di antara janin yang berbagi satu plasenta. Di mana hanya salah satu kembar yang menerima suplai darah yang cukup di dalam rahim, sedangkan janin yang lain tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup.
6. Bayi Mengalami Cacat Lahir
Bayi yang lahir kembar memiliki risiko dua kali lipat mengalami kelainan bawaan (yang sudah ada sejak lahir), termasuk cacat tabung saraf (seperti spina bifida), kelainan gastrointestinal, dan kelainan jantung.
Itulah pembahasan mengenai tanda hamil kembar, cara mendiagnosa kehamilan kembar dan risiko yang mungkin terjadi. Rutinlah melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter kandungan terlebih jika Mommil sedang mengandung anak kembar. Kehamilan kembar memerlukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering karena kemungkinan terjadinya komplikasi lebih tinggi.
0 Comments