Dapatkan Panduan Lengkap Seputar Kehamilan

Mulai Dari Sebelum Hamil, Saat Hamil & Sesudah Melahirkan

Dampak Asfiksia Neonatorum pada Perkembangan Bayi

asfiksia neonatorum​

Asfiksia neonatorum adalah kondisi di mana pertukaran gas di dalam darah terganggu, jika hal ini berlangsung dalam cukup yang lama maka akan menyebabkan penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksida. Hal ini merupakan penyebab terjadinya angka kematian bayi baru lahir meningkat atau si Kecil mengalami gangguan perkembangan saraf dalam jangka yang panjang. Untuk menangani hal ini maka ketahui penyebab terjadinya dan dampak asfiksia neonatorum pada perkembangan bayi di artikel ini. 

Artikel lainnya: Orang Tua Wajib Tahu! Ini Tanda-Tanda Bentuk Kepala Bayi Normal! 

Apa Itu Asfiksia Neonatorum?

Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang terjadi ketika bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup saat proses persalinan, sehingga menyebabkan bayi kesulitan bernapas. Asfiksia yang terjadi saat lahir juga dikenal dengan asfiksia perinatal atau asfiksia neonatorum. Kondisi ini bisa terjadi sebelum, saat, hingga setelah bayi lahir.

Kekurangan oksigen yang terjadi dapat menyebabkan kadar oksigen rendah dalam darah, dan terjadinya penumpukan asam yang berlebih di dalam darah bayi. Kondisi ini dapat mengancam nyawa sehingga dibutuhkan penanganan segera, namun dalam beberapa kasus penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan permanen yang terjadi pada otak dan organ bayi.

disc 10% pasien baru ks

Dampak Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang bisa memberikan dampak serius pada organ bayi jika tidak segera ditangani. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, asfiksia neonatorum dapat berdampak bagi organ bayi, maka dari itu ketahui organ yang dapat terdampak di bawah ini:

1. Gangguan pada Ginjal

Pada bayi baru lahir sekitar 50% hingga 72% bayi mengalami asfiksia akan mengalami cedera ginjal sehingga hal ini meningkatkan risiko kematian. Tanda cedera ginjal dilihat dari peningkatan kadar urea dan kreatinin dan mengalami penurunan produksi urin, namun peningkatan kreatinin baru terlihat saat fungsi ginjal tidak bekerja dengan baik. Bayi yang mengalami ini maka berisiko mengalami ketidakseimbangan garam di dalam tubuh seperti natrium, kalium, dan magnesium yang dapat memicu gangguan pada jantung. 

2. Kerusakan pada Hati

Kerusakan pada hati terjadi karena kurangnya aliran darah ke hati, bukan hanya karena kekurangan oksigen. Kerusakan pada hati dapat dikenali dengan meningkatnya enzim hati seperti AST dan ALT. Asfiksia dapat memicu gangguan pembekuan darah yang meningkatkan risiko pendarahan. 

3. Gangguan Saluran Pencernaan 

Bayi yang mengalami asfiksia dapat berisiko cedera usus, hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke usus berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan muntah, diare, pendarahan hingga radang parah pada usus. Usus bayi yang belum matang sangat sensitif terhadap kurangnya aliran darah dan oksigen. 

 

Artikel lainnya: Memahami Kolik pada Bayi dan Cara Mengatasinya di Rumah 

4. Gangguan pada Jantung

Bayi yang mengalami asfiksia berisiko mengalami gangguan jantung, hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan enzim di jantung. Penurunan fungsi jantung, dan sel jantung akan mengalami kerusakan. 

Gejala Asfiksia Neonatorum 

Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang tanda-tandanya bisa muncul sebelum, saat, atau setelah kelahiran si Kecil. Gejala yang ditimbulkan sebelum lahir yaitu:

  • Si Kecil memiliki detak jantung yang tidak normal. 
  • Memiliki kadar pH darah janin yang rendah sehingga hal ini menandakan kelebihan asam pada tubuh bayi. 

 

Gejala yang ditimbulkan saat atau setelah bayi lahir:

  • Bayi memiliki warna kulit yang tidak normal. 
  • Bayi diam dan tidak menangis saat dilahirkan. 
  • Memiliki detak jantung yang lambat. 
  • Otot bayi lemah. 
  • Tidak bernapas atau kesulitan bernapas. 
  • Bayi mengalami kejang. 
  • Memiliki sirkulasi darah yang buruk. 
  • Memiliki tekanan darah rendah. 
  • Tidak buang air kecil. 

Cara Menangani Asfiksia Neonatorum 

Asfiksia neonatorum adalah kondisi yang terjadi ketika bayi kekurangan oksigen selama persalinan. Jika bayi mengalami kekurangan oksigen, biasanya akan dilakukan operasi caesar untuk mencegah atau mengurangi kerusakan otak dan menyelamatkan nyawa bayi.

 

Setelah si Kecil didiagnosa memiliki penyakit asfiksia maka pengobatan yang dilakukan dengan cara terapi pendinginan tubuh. Terapi ini dilakukan dalam 6 jam setelah bayi mengalami asfiksia. 

 

Proses pendinginan yang dilakukan adalah dengan memasangkan topi pendingin atau dibaringkan di atas selimut pendingin. Si Kecil memiliki suhu tubuh sekitar 33,5°C, suhu tersebut harus tetap terjaga selama 3 hari. Tujuan hal ini dilakukan untuk memperlambat kerja metabolisme tubuh bayi sehingga sel tubuh memiliki waktu untuk pulih dan mencegah terjadinya kerusakan di otak. 

 

Artikel lainnya: Bayi Mimisan, Apakah Bahaya? Cari Tahu Penyebab dan Solusinya 

Cara Mencegah Asfiksia Neonatorum 

Asfiksia neonatorum dapat dicegah dengan cara perawatan yang tepat dan pemantauan secara teratur sebelum persalinan, selama kehamilan, dan setelah persalinan, langkah yang dilakukan seperti ini:

  • Resusitasi yang efektif dilakukan jika bayi mengalami kesulitan bernapas setelah lahir. 
  • Mengontrol suhu tubuh bayi agar tetap stabil. 
  • Pemberian obat tertentu sebelum kejadian maka akan mengurangi terjadinya risiko cedera pada otak. 
  • Pengobatan dengan terapi pendinginan tubuh untuk mencegah komplikasi lanjutan dapat menjadi solusi. 

Asfiksia neonatorum merupakan kondisi serius yang dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan bayi, mulai dari gangguan organ, keterlambatan tumbuh kembang, hingga risiko cacat permanen. Penanganan yang cepat dan tepat sejak awal persalinan sangat penting untuk meminimalkan risiko tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan secara rutin dan persalinan yang ditangani oleh dokter kandungan yang berpengalaman menjadi langkah kunci.

Bagi para Mom yang ingin mendapatkan perawatan optimal selama kehamilan dan persalinan, dokter kandungan di KS Women and Children Clinic siap memberikan pendampingan dan penanganan menyeluruh, mulai dari deteksi dini risiko asfiksia hingga perencanaan persalinan yang aman bagi Mom dan bayi.

Penulis

Penulis

Tanggal

06/29/2025

Penulis

Penulis

Tanggal

06/29/2025

0 Comments

Submit a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Bermanfaat Lainnya

Shares
Share This

Share This

Share this post with your friends!

Shares